Tulisan ini terinspirasi oleh kenyataan yang dihadapi saat ini, dimana intelektualitas semakin hari semakin terpuruk, nilai-nilai di dalam masyarakat semakin terdegradasi, konfrontasi dimana-mana, ruang dialog tertutup, emosi dan nafsu terdepan dalam penyelesaian masalah, serta keterbatasan ide dan fasilitas pendukung penyelesaian masalah yang kurang memadai. Tahun 1980-an sampai tahun 1999 norma menjadi sesuatu yang dijunjung dalam pemahaman yang muda menghormati yang tua dan yang tua menghargai yang muda, sehingga Tokoh agama dan masyarakat menjadi salah satu sumber yang mendamaikan masalah. Budaya “santabe” dalam bahasa kita (Bima-Dompu) menjadi sesuatu yang mengentalkan budaya sopan santun kita. Namun semakin hari seiring dengan perkembangan zaman, tekhnologi yang semakin berkembang nilai-nilai itu hilang seketika dan merambah pada tingkat kriminal yang akut. Pada saat norma yang mulai terkikis dan mode menjadi pilihan utama budaya baca yang awalnya sudah asing menjadi sangat asing dan kemudian kabur tidak jelas.
Budaya baca yang sebenarnya mampu menetralisir perkembangan zaman yang lebih negatif semakin tidak tersentuh. Padahal buku bisa menjadi sumber ide dan gagasan dalam mengembalikan norma-norma yang mulai hilang. Buku sering kali mencerminkan apa yang terjadi dalam masyarakat dan syarat dengan kondisi dimana penulis menuliskan buku itu, meski buku bukan potret yang sesungguhnya dari kenyataan. Buku merupakan ciptaan manusia yang menjadi bagian dari upaya membangun perdaban, dengan bacaan terhadap realitas, kemudian pengembangan ide, cinta, dan bahasa yang memikat. Buku biasanya mengungkap bagaimana perjuangan manusia menghadapi hidup, tantangan, dan kesulitan yang berat dan disaat bersamaan menuntut inovasi, cinta, harapan, dan ide yang selalu diasah, sehingga kehidupan menjadi warna yang selalu indah. Itulah salah satu makna pentingnya buku; sebagai media ilmu, wawasan, dan penyumbang penting dalam peradaban manusia. Mencintai buku berarti membangun budaya, peradaban, dan membuka jendela ilmu. Buku adalah sumber ilmu pengetahuan dan dengan buku manusia akan menjadi lebih beradab.
Berbicara tentang buku maka kita juga akan berbicara tentang membaca, dan membaca adalah kebiasaan kecil yang member dampak besar pada setiap orang yang mengerjakannya. Tetapi jika amati minat baca dikalangan masyarakat kita saat ini tergolong rendah, bahkan dikalangan pelajar dan mahasiswa Dompu, minat baca kita tidak menjadi budaya yang bisa dibanggakan. Mereka hanya mengkonsumsi buku-buku yang sesuai dengan jurusannya, jarang sekali kita menemukan mereka membaca buku-buku wawasan umum. Kalau kita mencoba menatap lebih dekat bahwa toko buku dan perpustakaan yang menjadi bagian penting dari budaya baca hampir tidak kita temukan di Kab. Dompu, Kalau pun ada ketertarikan masyarakat tidak seperti menonton sepak bola atau mungkin menonton televise di rumah, komunitas baca dan diskusi yang menjadi bagian dari tempat aktualisasinya sangat asing, sehingga semakin menjauhkan kita pada budaya intelektual dan perdaban yang ingin dibentuk.
Membaca, membangun masyarakat. Kalimat ini mungkin yang akan menginspirasi kita semua tentang membangun bangsa dilevel terbawa dalam masyarakat, dan tentunya harus ada upaya untuk menciptakan suasana yang mencintai buku. Masyarakat yang maju adalah masyarakat menghargai buku. Semua bisa dipetik dari buku, buku menjadi jejak sejarah yang sudah diabadikan. Kebanyakan bangsa-bangsa maju adalah bangsa yang sangat menghargai buku. Budaya baca buku mereka sangat tinggi. Banyak perubahan besar terjadi pada bangsa yang sangat menjunjung tinggi ilmu pengetahuan dengan buku sebagai medianya. Membaca buku memiliki segudang manfaat yang dapat kita petik, selain membuka wawasan dan mengasah intelektual juga merangsang perkembangan emosi. Dengan membaca buku manusia akan belajar bersikap lebih empatik dan simpatik. Tanpa disadari kita menjadi lebih dewasa dan mampu mengatasi masalah kehidupan dengan baik.Tanpa disadari saat membaca buku, kita ‘bermain’ dengan khayalan, khayalan tentang sesuatu yang ingin kita bangun esok hari. Kita mengurutkan alur cerita menurut versi penggambarannya sendiri. Manusia yang sering dilatih imajinasinya, akan terbiasa mencetuskan ide-ide cemerlang yang bermanfaat bagi masyarakat. Dengan budaya baca akan lahir individu yang maju dan berkembang, dari individu-individu yang maju tersebut tercipta masyarakat yang maju. Pada akhirnya dari masyarakat yang maju tercipta bangsa yang maju juga. Saatnya budaya baca menginspirasi kita untuk membangun fasilitas pendukung, dari mulai pengadaan buku sampai pada membuat rumah baca, sangat sederhana jika semua elemen mendukung ini sebagai bagian dari membangun generasi bangsa yang beradab.
Pada level tertinggi di daerah kabupaten harus menjadikan budaya membaca, ataupun cinta buku sebagai program unggulan dalam meningkatkan kualitas masyarakat, selain itu pengadaan dan suplay buku juga harus menjadi ekspresi dari semangat membangun kualitas masyarakat. Tidak bisa dibayangkan bagaiamana terjadinya “kompetesi” intelektual dan mengalirnya ide-ide produktif yang bisa diramu menjadi konsep membangun masyarakat yang maju dan berkembang jika hal ini diperhatikan dan direalisasikan. Pada tingkat pelajar dan mahasiswa harus menjadikan budaya baca sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari proses pengembangan diri, terutama bagi mereka yang sadar bahwa mereka memiliki tanggung jawab yang lebih sebagai orang yang berpendidikan formal yang bertugas mentransformasi ilmu pengetahuan dan nilai dalam masyarakat yang lebih luas. Nah, ini adalah terobosan yang tidak baru tetapi konsep lama yang masih belum di garap menjadi kenyataan yang lebih baik.
Selanjutnya seluruh pihak harus melek, membuka jendela ini untuk menatap dunia sebelum kita dijajah besar-besaran. Kita mulai dari diri kita sendiri, memulai dari keluarga, masyarakat dan mulai dari hari ini. Tak ada hari esok yang lebih baik jika kita tidak pernah merencanakannya hari ini. Ketika ini menjadi gerakan bersama dan seluruh masyarakat dari lapisan terbawah sampai pada tingkat pemerintah memberikan perhatian khusus tentang membaca dan membangun masyarakat, suatu ketika akan lahir generasi baru yang berintelektualitas tinggi, berwawasan luas, dan memilih dialog dari pada harus berkonflik secara fisik, sehingga kehidupan bermasyarakan kita penuh dengan kedamaian dan nilai-nilai yang selalu djunjung tinggi. Dan pada akhirnya nanti terciptalah pemimpin yang bersih dengan rakyat yang beradab dan ber-ilmu pengetahuan tinggi.
Noval Palandi
Jln. Lintas Sumbawa no.214 RT.04/ RW.01
Kelurahan montabaru Dompu.
Email : daeenpe_pii@yahoo.com
Web : de-enpe.blogspot.com
0 komentar:
Posting Komentar