Sabtu, 26 Desember 2009

Membaca, Membangun Masyarakat


Tulisan ini terinspirasi oleh kenyataan yang dihadapi saat ini, dimana intelektualitas semakin hari semakin terpuruk, nilai-nilai di dalam masyarakat semakin terdegradasi, konfrontasi dimana-mana, ruang dialog tertutup, emosi dan nafsu terdepan dalam penyelesaian masalah, serta keterbatasan ide dan fasilitas pendukung penyelesaian masalah yang kurang memadai. Tahun 1980-an sampai tahun 1999 norma menjadi sesuatu yang dijunjung dalam pemahaman yang muda menghormati yang tua dan yang tua menghargai yang muda, sehingga Tokoh agama dan masyarakat menjadi salah satu sumber yang mendamaikan masalah. Budaya “santabe” dalam bahasa kita (Bima-Dompu) menjadi sesuatu yang mengentalkan budaya sopan santun kita. Namun semakin hari seiring dengan perkembangan zaman, tekhnologi yang semakin berkembang nilai-nilai itu hilang seketika dan merambah pada tingkat kriminal yang akut. Pada saat norma yang mulai terkikis dan mode menjadi pilihan utama budaya baca yang awalnya sudah asing menjadi sangat asing dan kemudian kabur tidak jelas.

Budaya baca yang sebenarnya mampu menetralisir perkembangan zaman yang lebih negatif semakin tidak tersentuh. Padahal buku bisa menjadi sumber ide dan gagasan dalam mengembalikan norma-norma yang mulai hilang. Buku sering kali mencerminkan apa yang terjadi dalam masyarakat dan syarat dengan kondisi dimana penulis menuliskan buku itu, meski buku bukan potret yang sesungguhnya dari kenyataan. Buku merupakan ciptaan manusia yang menjadi bagian dari upaya membangun perdaban, dengan bacaan terhadap realitas, kemudian pengembangan ide, cinta, dan bahasa yang memikat. Buku biasanya mengungkap bagaimana perjuangan manusia menghadapi hidup, tantangan, dan kesulitan yang berat dan disaat bersamaan menuntut inovasi, cinta, harapan, dan ide yang selalu diasah, sehingga kehidupan menjadi warna yang selalu indah. Itulah salah satu makna pentingnya buku; sebagai media ilmu, wawasan, dan penyumbang penting dalam peradaban manusia. Mencintai buku berarti membangun budaya, peradaban, dan membuka jendela ilmu. Buku adalah sumber ilmu pengetahuan dan dengan buku manusia akan menjadi lebih beradab.

Berbicara tentang buku maka kita juga akan berbicara tentang membaca, dan membaca adalah kebiasaan kecil yang member dampak besar pada setiap orang yang mengerjakannya. Tetapi jika amati minat baca dikalangan masyarakat kita saat ini tergolong rendah, bahkan dikalangan pelajar dan mahasiswa Dompu, minat baca kita tidak menjadi budaya yang bisa dibanggakan. Mereka hanya mengkonsumsi buku-buku yang sesuai dengan jurusannya, jarang sekali kita menemukan mereka membaca buku-buku wawasan umum. Kalau kita mencoba menatap lebih dekat bahwa toko buku dan perpustakaan yang menjadi bagian penting dari budaya baca hampir tidak kita temukan di Kab. Dompu, Kalau pun ada ketertarikan masyarakat tidak seperti menonton sepak bola atau mungkin menonton televise di rumah, komunitas baca dan diskusi yang menjadi bagian dari tempat aktualisasinya sangat asing, sehingga semakin menjauhkan kita pada budaya intelektual dan perdaban yang ingin dibentuk.

Membaca, membangun masyarakat. Kalimat ini mungkin yang akan menginspirasi kita semua tentang membangun bangsa dilevel terbawa dalam masyarakat, dan tentunya harus ada upaya untuk menciptakan suasana yang mencintai buku. Masyarakat yang maju adalah masyarakat menghargai buku. Semua bisa dipetik dari buku, buku menjadi jejak sejarah yang sudah diabadikan. Kebanyakan bangsa-bangsa maju adalah bangsa yang sangat menghargai buku. Budaya baca buku mereka sangat tinggi. Banyak perubahan besar terjadi pada bangsa yang sangat menjunjung tinggi ilmu pengetahuan dengan buku sebagai medianya. Membaca buku memiliki segudang manfaat yang dapat kita petik, selain membuka wawasan dan mengasah intelektual juga merangsang perkembangan emosi. Dengan membaca buku manusia akan belajar bersikap lebih empatik dan simpatik. Tanpa disadari kita menjadi lebih dewasa dan mampu mengatasi masalah kehidupan dengan baik.Tanpa disadari saat membaca buku, kita ‘bermain’ dengan khayalan, khayalan tentang sesuatu yang ingin kita bangun esok hari. Kita mengurutkan alur cerita menurut versi penggambarannya sendiri. Manusia yang sering dilatih imajinasinya, akan terbiasa mencetuskan ide-ide cemerlang yang bermanfaat bagi masyarakat. Dengan budaya baca akan lahir individu yang maju dan berkembang, dari individu-individu yang maju tersebut tercipta masyarakat yang maju. Pada akhirnya dari masyarakat yang maju tercipta bangsa yang maju juga. Saatnya budaya baca menginspirasi kita untuk membangun fasilitas pendukung, dari mulai pengadaan buku sampai pada membuat rumah baca, sangat sederhana jika semua elemen mendukung ini sebagai bagian dari membangun generasi bangsa yang beradab.

Pada level tertinggi di daerah kabupaten harus menjadikan budaya membaca, ataupun cinta buku sebagai program unggulan dalam meningkatkan kualitas masyarakat, selain itu pengadaan dan suplay buku juga harus menjadi ekspresi dari semangat membangun kualitas masyarakat. Tidak bisa dibayangkan bagaiamana terjadinya “kompetesi” intelektual dan mengalirnya ide-ide produktif yang bisa diramu menjadi konsep membangun masyarakat yang maju dan berkembang jika hal ini diperhatikan dan direalisasikan. Pada tingkat pelajar dan mahasiswa harus menjadikan budaya baca sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari proses pengembangan diri, terutama bagi mereka yang sadar bahwa mereka memiliki tanggung jawab yang lebih sebagai orang yang berpendidikan formal yang bertugas mentransformasi ilmu pengetahuan dan nilai dalam masyarakat yang lebih luas. Nah, ini adalah terobosan yang tidak baru tetapi konsep lama yang masih belum di garap menjadi kenyataan yang lebih baik.

Selanjutnya seluruh pihak harus melek, membuka jendela ini untuk menatap dunia sebelum kita dijajah besar-besaran. Kita mulai dari diri kita sendiri, memulai dari keluarga, masyarakat dan mulai dari hari ini. Tak ada hari esok yang lebih baik jika kita tidak pernah merencanakannya hari ini. Ketika ini menjadi gerakan bersama dan seluruh masyarakat dari lapisan terbawah sampai pada tingkat pemerintah memberikan perhatian khusus tentang membaca dan membangun masyarakat, suatu ketika akan lahir generasi baru yang berintelektualitas tinggi, berwawasan luas, dan memilih dialog dari pada harus berkonflik secara fisik, sehingga kehidupan bermasyarakan kita penuh dengan kedamaian dan nilai-nilai yang selalu djunjung tinggi. Dan pada akhirnya nanti terciptalah pemimpin yang bersih dengan rakyat yang beradab dan ber-ilmu pengetahuan tinggi.

Noval Palandi

Jln. Lintas Sumbawa no.214 RT.04/ RW.01

Kelurahan montabaru Dompu.

Email : daeenpe_pii@yahoo.com

Web : de-enpe.blogspot.com

Jumat, 18 Desember 2009

PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN

Dalam rangka mempertinggi taraf hidup, kecerdasan dan kesejahteraan secara adil dan merata, penyediaan pangan dan gizi yang cukup memadai dan terjangkau oleh seluruh rakyat memegang peranan yang sangat penting. Hal ini erat kaitannya dengan tingkat kesadaran dan keadaan gizi serta peningkatan pelayanan kesehatan masyarakat.
Berkebun merupakan pekerjaan yang menyenangkan. Daripada melihat halaman rumah kosong, alangkah indahnya ditumbuhi pepohonan. Mengurusi aneka tanaman hias, buah-buahan atau tumbuhan obat dapat menjadikan waktu luang lebih berguna. Suasana tempat tinggalpun tampak lebih segar. Tapi, bagaimana bila tidak memiliki lahan ? atau Cuma sejengkal tanah yang pas pasan ? padahal, keiginan merawat pohon sangatlah besar. Tentang hal itu, tidak perlu patah semangat. Karna kita tetap bisa berkebun dengan cara vertikultur.
Vertikultur adalah cara pertanian yang hemat lahan. Sehingga sangat cocok diterapkan didaerah pemukiman padat, artinya suatu cara pertanian yang dilakukan dengan system bertingkat.
Aneka tanaman sayuran yang dapat ditanam di pekarangan antara lain : seledri, kangkung, sawi, bayam, kemangi. Pohon cabai, tomat atau terong juga mudah sekali tumbuh di dalam pot. Tanaman di halaman rumah penting untuk menciptakan suasana nyaman. Hasilnya adalah sebuah halaman rumah multifungsi, yaitu keindahan alami berwawasan lingkungan dan gizi. Di halaman belakang, jika ada dapat ditanami pisang, kelapa hibrida, singkong, papaya, tanaman obat dan bumbu-bumbuan. Tanaman ini membuat halaman belakang jadi lebih sejuk dan dapat digunakan sebagai ajang bercengkrama dengan anggota keluarga.
Bertanam sayuran tidak selalu perlu areal yang luas, sebab sayuran dapat ditanam dalam sebedeng lahan sempit bahkan di dalam pot. Pot untuk tanaman juga tak harus dibeli hal ini dapat berkreasi sendiri dengan bambu, kaleng bekas, ban mobil bekas, ember bekas dan sebagainya. Yang penting adalah bagaimana menyusunnya agar menjadi pot yang indah sekaligus berguna. Pekarangan juga dapat dioptimalkan pemanfaatannya dengan tanaman apotik hidup atau tanaman obat keluarga (toga) tanaman obat sekaligus sebagai bumbu dapur sejenis empon-empon, semacam jahe, kencur, lengkuas, kunyit, juga tanaman sirih, cabe dan sebagainya dapat menjadi pilihan.
Bagi masyarakat di pedesaan , penanaman sayuran dihalaman sempit masih sangat diperlukan, hal ini bukan saja untuk memenuhi kebutuan sendiri, melainkan juga dapat menambah penghasilan keluarganya yaitu dengan menjualnya ke pasar.
Pemanfaatan lahan pekaranagan perlu digalakkan kembali mengingat kondisi saat ini kurang mendapat perhatian. Menciptakan ketahanan pangan dan pemenuhan kebutuhan gizi tidak harus dengan biaya tinggi atau menunggu uluran tangan pemerintah dengan birokrasinya yang ruwet. Selain itu juga pemanfaatan lahan pekarangan dengan mengoptimalkan penanaman dapat menberi sumbangsih terhadap kurangnya emisi carbon sebagai penyebab utama pemanasan global.
Cara mudah dan murah dapat dimulai dari lingkungan kita sendiri dengan memanfaatkan pekarangan. Jangan membiarkan sejengkal tanah pekarangan kita yang kosong. Mari kita memulai mengisi pekaranagan dengan tanaman bermanfaat sekarang juga, jangan ditunda-tunda...,

Johansyah, S.P. (Penyuluh Bantu Nasional/THLTBPP Kab. Dompu)
Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kecamatan Pajo
JL. Lintas Lakey Kecamatan Pajo Kab. Dompu Nusa Tenggara Barat
Email : johan_dompu@yahoo.co.id, johanyati@gmail.com


Rabu, 16 Desember 2009

Selamat Hari jadi Yang Ke – 51 buat NTB-Ku

Tak terasa lagi kini NTB-ku akan melewati usia Emasnya, detik-detik itu kini sudah diambang pintu. Kamis, tanggal 17 Desember 2009 besok NTB-Ku Genap masuk usia 51 tahun. Keberadaan status Provinsi dan perjuangan menuntut terbentuknya Provinsi NTB berlangsung dalam rentang waktu yang cukup lama dan tentunya dilalui dengan pembangunan yang tidak mudah.

Upaya dan kerja terdahulu semoga dapat dijadikan tonggak sejarah, dalam meningkatkan motivasi perjuangan bagi pemerintah Propinsi NTB dan bisa menjadikan motivasi bagi kita untuk menggali, mencari dan mengembangkan serta memanfaatkan potensi yang dimiliki NTB terutama yang belum mencuat kepermukaan sehingga NTB kedepan menjadi daerah progresif dan dikenal oleh daerah lainnya.

Kami yang berada di Kabupaten hanya bisa berharap Semoga pemimpin baru NTB yaitu pasangan K.H. M. Zainul Majdi, M.A, dan Ir. H. Badrul Munir, M.M. Bisa menjadikan NTB Kita menjadi lebih baik, maju dan mampu bersaing dengan daerah lain di Indonesia sesuai Visi dan Misinya....

Selasa, 08 Desember 2009

WeLcome Ncuhi Riwo BLog

Sejarah mencatat,Di Dompu sebelum terbentuknya Kerajaan, konon di daerah ini berkuasa beberapa suku yang disebut sebagai ‘NCUHI” atau Raja kecil, para Ncuhi tersebut terdiri dari 4 yakni Ncuhi Hu’u yang berkuasa diwilayah kekuasaan Hu’u (sekarang Kec. Hu’u), Ncuhi saneo yang berkuasa di wilayah kekuasaan Saneo (sekarang masuk dalam Kec. Woja), Ncuhi Nowa serta Ncuhi Tonda yang berkuasadi wilayah kekuasaan Tonda (sekarang masuk dalam wilayah desa riwo kec. Woja) dan lebih dikenal dengan Ncuhi Riwo,,

Ncuhi Riwo Kampung Media Digital yang bertempat di Kelurahan Montabaru Kec. Woja diharapkan bisa menjadi pelopor warga sekitar untuk menjadikan Media khususnya disini internet bisa diperlakukan secara tepat sebagai pusat informasi tentunya.

Mengutip ungkapan/ istilah saat Pertemuan Bintek Tenaga Administratur Jaringan Kampung Media yang diikuti oleh seluruh Kabupaten dan Kota Se Propinsi NTB yaitu “Kekuatan ada di Halaman Kita “. Berawal dari itulah Kita yang tergabung dalam Komunitas “Ncuhi Riwo” Kampung Media Kel. Montabaru yang merupakan kumpulan dari beberapa orang yang berasal dari kelompok kepemudaan, akademisi, mahasiswa, tenaga pendidik, aktifis dan bahkan wiraswasta ingin menyatukan Visi Kampung media “ Terwujudnya masyarakat informasi sebagai dasar bagi pembentukan masyarakat madani yang beriman dan berdaya saing “ dan Misi kampung media “ mengembangkan, memberdayakan, dan memfasilitasi pelayanan teknologi informasi untuk masyarakat. Dan sebagai kelompok aktifis penggerak yang bekerja membangun informasi di tengah-tengah masyarakat sendiri tentunya berinisiatif menjadikan Internet sebagai media penyebaran informasi yang bermanfaat untuk warga sekitar dan mereka dapat memperlakukan informasi di intenet tersebut secara tepat.

 
Free Web Hosting | Top Web Host