Dompu - Penyaluran Air yang dilakukan oleh PDAM Kabupaten Dompu makin dikeluhkan oleh Warga, bagaimana tidak penyalurah air ini di nilai sangat merugikan warga masyarakat, di musim penghujan seperti ini air yang diharapkan Bersih akan tetapi harapan itu sirna, malah air keruh yang didapat. Lebih ironis lagi sejumlah Desa di kabupaten Dompu justeru mengalami nasib buruk, sudah hampir 3 tahun lamanya mereka tidak pernah tersalur Air dari PDAM, padahal air merupakan sumber kehidupan yang sangat dibutuhkan oleh warga.
Sejumlah Warga mengaku kondisi keruhnya air PDAM sudah sering kali terjadi di musim penghujan seperti ini, kondisi tersebut dikhawatirkan akan sangat membawa dampak penyakit bagi masyarakat, lebih – lebih diare dan Muntaber sangat rawan terjadi di kala musim hujan, karena memang mau gak mau masyarakat harus menggunakan Air dari PDAM untuk kebutuhan hidupnya sehari – hari, “mau gak mau kita harus memakai air PDAM untuk kebutuhan mencuci serta masak, sementara air yang disalurka oleh PDAM sendiri kotor” ujar Anggi warga Desa Matua Kecamatan Woja Dompu pada kampong media.
Diungkapkan Anggi, mereka terpaksa menggunakan Air keruh PDAM untuk kebutuhan sehari – hari, karena untuk mendapatkan air bersih, mereka harus mengeluarka biaya banyak, belum lagi tiap bulanya harus membayar biaya Air dari PDAM, “menjadi pelanggan di PDAM sama saja bohong, tiap bulan kita harus bayar air keruh, kadang tidak pernah tersalurkan juga, untuk apa menjadi pelanggan di PDAM kalau air jarang keluar, kotor, sementara kita masih beli air untuk kebutuhan memasak dan lainya” keluhnya.
Hal senada juga dikeluhakan Fiah warga Kelurahan Montabaru Kecamatan Woja, penyaluran air oleh PDAM dirasakan sangat merugikan warga, dalam beberapa bulan ini penyaluran air di Kelurahan tersebut sudah tidak pernah ada, akibatnya mereka harus mengambil air dari jarak yang jauh dari rumah mereka, sementara sejak musim penghujan seperti ini meski air PDAM tersalurkan namun hanya air yang penuh dengan Lumpur saja yang di dapati warga, “airnya kadang tersalurkan dimusim hujan seperti ini, tapi hanya air keruh saja yang kita dapat” keluhnya.
Dikatakan Fia, penyaluran air oleh PDAM yang seperti dirasakanya itu sudah terjadi sejak beberapa tahun terakhir, “dimusim kemarau air tidak pernah ada, di musim hujan justeru air Lumpur yang kita dapat” lanjut Fia
Dengan keruhnya air tersebut warga masyarakat khawatir akan dampak yang akan dirasakan mereka, lebih – lebih dimusim penghujan seperti saat ini sangat rawan akan penyakit yang dengan sewaktu – waktu dapat menyerang masyarakat, seperti diare, Demam Berdarah Dengue, dan lainya.
Sementara itu beberapa Desa lain yang merasakan hancurnya pelayanan yang dilakukan oleh PDAM Dompu yakni Desa Baka Jaya serta Desa Nowa kecamatan Woja Dompu, selama hamper tiga tahun terakhir ini mereka tidak pernah mendapat air yang disalurkan oleh PDAM, padahal mereka merupakan pelanggan resmi PDAM. Untuk mengatasi kekeringan tersebut warga setempat harus membeli air bahkan harus mengambil air dari jarak yang letaknya sangat jauh dari pemukiman warga bahkan di desa – desa tetangga yang memiliki sumur.
Azhar Salah seorang warga yang ditemui kampung Media rabu 03/03 mengaku tidak adanya penyaluran air PDAM di desa tersebut sudah terjadi tiga setengah tahun lalu, hal tersebut sangat berdampat buruk bagi warga, “hampir tiga tahun lamanya kami menderita dengan tidak adanya penyaluran air dari PDAM, bayangkan saja untuk memenuhi kebutuhan hidup akan air, kami harus mengambil dari jarak yang sangat jauh, 3 hingga 5 Km jarak dari kampung kami, kalau tidak mampu ambil sendiri kami harus beli dari tukang ojek sebesar Rp. 3000,- per cirigennya” keluh Azhar. Pekerjaan buruk PDAM ini pun menjadi tanda Tanya besar bagi masyarakat, karena melirik potensi air yang ada di Kabupaten Dompu akan dirasa cukup untuk penyaluran air warga sekitar Kota Dompu, akan tetapi untuk kebutuhan air itu sendiri tidak pernah ada di desa tersebut. “kami menilai pekerjaan PDAM Dompu ini sangat buruk, padahal potensi air di dompu ini sangat mendukung” ujar Azhar.
Lanjut Azhar mengatakan warga setempat sangat berharap akan kepdulian pemerintah untuk menanggulangi krisis air di Desanya, meskipun sebelumnya pemerintah sendiri telah melakukan upaya dengan cara pengeboran di berbagai titik, akan tetapi hal itu tidak membuahkan hasil. Warga menilai langkah lain yang dirasakan akan pas untuk itu adalah penyaluran yang dilakukan oleh PDAM sebagaiman bisanya tahun sebelum terjadinya kemacetan akan penyaluran air oleh PDAM, “daerah sekitar Desa kami ini merupakan daerah yang dekat dengan gunung jadi akan susah untuk mendapakan air dengan cara pengeboran, dan kami rasa jalan satu – satunya adalah alirkan air melalui PDAM sepereti biasanya, kami juga heran kenapa air bisa macet seperti ini, padahal kami merupakan pelanggan tetap PDAM.
Lebih jauh Azhar menjelaskan kebutuhan akan air di Desa tersebut sangat menjadi prioritas mereka, karena memang mereka merasa sudah tidak mampu lagi untuk membeli air dan mengambil air yang jaraknya jauh dari perumahan warga,”Air merupakan sumber kehidupan, kami rasa lebih baik gak usah makan tanpa ikan dari pada tanpa air, untuk itu kami sangat berharap akan kepedulian pemerintah dalam menangani masalah penderitan rakyat ini” harapnya.
Lebih jauh Azhar yang mewakili warga Desa baka jaya berkeluh, penyaluran air oleh PDAM makin tidak jelas, padahal untuk perbaikan dan pembangunan Instalasi Pengolahan Air, pengadaan meteran air, pengadaan bahan kimia untuk penjernihan air, administrasi dan lainya, oleh pemerintah sendiri telah menganggarkan uang sebesar 7,5 milyar, akan tetapi hasil dari pada itu tidak ada sama sekali, justru malah berdampak buruk bagi warga, “ini sudah jelas bobroknya pelayanan yang dilakukan oleh PDAM, padahal anggaran untuk perbaikan maupun pembangunan Instalasi Pengolahan air, dan lain sebagainya itu sudah di lakukan, tapi kok pelayananya malah seperti ini, di Desa kami air tidak ada, di Desa maupun Kelurahan lain meskipun ada tapi air keruh yang didapat, kami mohon pada pemerintah agar bisa melirik dan sesegera mungkin dilakukan penyaluran air di Desa kami, kalau ini tidak segera diatasi maka akan berdampak buruk bagi kehidupan warga” harapnya. *purnawansyah*
Sejumlah Warga mengaku kondisi keruhnya air PDAM sudah sering kali terjadi di musim penghujan seperti ini, kondisi tersebut dikhawatirkan akan sangat membawa dampak penyakit bagi masyarakat, lebih – lebih diare dan Muntaber sangat rawan terjadi di kala musim hujan, karena memang mau gak mau masyarakat harus menggunakan Air dari PDAM untuk kebutuhan hidupnya sehari – hari, “mau gak mau kita harus memakai air PDAM untuk kebutuhan mencuci serta masak, sementara air yang disalurka oleh PDAM sendiri kotor” ujar Anggi warga Desa Matua Kecamatan Woja Dompu pada kampong media.
Diungkapkan Anggi, mereka terpaksa menggunakan Air keruh PDAM untuk kebutuhan sehari – hari, karena untuk mendapatkan air bersih, mereka harus mengeluarka biaya banyak, belum lagi tiap bulanya harus membayar biaya Air dari PDAM, “menjadi pelanggan di PDAM sama saja bohong, tiap bulan kita harus bayar air keruh, kadang tidak pernah tersalurkan juga, untuk apa menjadi pelanggan di PDAM kalau air jarang keluar, kotor, sementara kita masih beli air untuk kebutuhan memasak dan lainya” keluhnya.
Hal senada juga dikeluhakan Fiah warga Kelurahan Montabaru Kecamatan Woja, penyaluran air oleh PDAM dirasakan sangat merugikan warga, dalam beberapa bulan ini penyaluran air di Kelurahan tersebut sudah tidak pernah ada, akibatnya mereka harus mengambil air dari jarak yang jauh dari rumah mereka, sementara sejak musim penghujan seperti ini meski air PDAM tersalurkan namun hanya air yang penuh dengan Lumpur saja yang di dapati warga, “airnya kadang tersalurkan dimusim hujan seperti ini, tapi hanya air keruh saja yang kita dapat” keluhnya.
Dikatakan Fia, penyaluran air oleh PDAM yang seperti dirasakanya itu sudah terjadi sejak beberapa tahun terakhir, “dimusim kemarau air tidak pernah ada, di musim hujan justeru air Lumpur yang kita dapat” lanjut Fia
Dengan keruhnya air tersebut warga masyarakat khawatir akan dampak yang akan dirasakan mereka, lebih – lebih dimusim penghujan seperti saat ini sangat rawan akan penyakit yang dengan sewaktu – waktu dapat menyerang masyarakat, seperti diare, Demam Berdarah Dengue, dan lainya.
Sementara itu beberapa Desa lain yang merasakan hancurnya pelayanan yang dilakukan oleh PDAM Dompu yakni Desa Baka Jaya serta Desa Nowa kecamatan Woja Dompu, selama hamper tiga tahun terakhir ini mereka tidak pernah mendapat air yang disalurkan oleh PDAM, padahal mereka merupakan pelanggan resmi PDAM. Untuk mengatasi kekeringan tersebut warga setempat harus membeli air bahkan harus mengambil air dari jarak yang letaknya sangat jauh dari pemukiman warga bahkan di desa – desa tetangga yang memiliki sumur.
Azhar Salah seorang warga yang ditemui kampung Media rabu 03/03 mengaku tidak adanya penyaluran air PDAM di desa tersebut sudah terjadi tiga setengah tahun lalu, hal tersebut sangat berdampat buruk bagi warga, “hampir tiga tahun lamanya kami menderita dengan tidak adanya penyaluran air dari PDAM, bayangkan saja untuk memenuhi kebutuhan hidup akan air, kami harus mengambil dari jarak yang sangat jauh, 3 hingga 5 Km jarak dari kampung kami, kalau tidak mampu ambil sendiri kami harus beli dari tukang ojek sebesar Rp. 3000,- per cirigennya” keluh Azhar. Pekerjaan buruk PDAM ini pun menjadi tanda Tanya besar bagi masyarakat, karena melirik potensi air yang ada di Kabupaten Dompu akan dirasa cukup untuk penyaluran air warga sekitar Kota Dompu, akan tetapi untuk kebutuhan air itu sendiri tidak pernah ada di desa tersebut. “kami menilai pekerjaan PDAM Dompu ini sangat buruk, padahal potensi air di dompu ini sangat mendukung” ujar Azhar.
Lanjut Azhar mengatakan warga setempat sangat berharap akan kepdulian pemerintah untuk menanggulangi krisis air di Desanya, meskipun sebelumnya pemerintah sendiri telah melakukan upaya dengan cara pengeboran di berbagai titik, akan tetapi hal itu tidak membuahkan hasil. Warga menilai langkah lain yang dirasakan akan pas untuk itu adalah penyaluran yang dilakukan oleh PDAM sebagaiman bisanya tahun sebelum terjadinya kemacetan akan penyaluran air oleh PDAM, “daerah sekitar Desa kami ini merupakan daerah yang dekat dengan gunung jadi akan susah untuk mendapakan air dengan cara pengeboran, dan kami rasa jalan satu – satunya adalah alirkan air melalui PDAM sepereti biasanya, kami juga heran kenapa air bisa macet seperti ini, padahal kami merupakan pelanggan tetap PDAM.
Lebih jauh Azhar menjelaskan kebutuhan akan air di Desa tersebut sangat menjadi prioritas mereka, karena memang mereka merasa sudah tidak mampu lagi untuk membeli air dan mengambil air yang jaraknya jauh dari perumahan warga,”Air merupakan sumber kehidupan, kami rasa lebih baik gak usah makan tanpa ikan dari pada tanpa air, untuk itu kami sangat berharap akan kepedulian pemerintah dalam menangani masalah penderitan rakyat ini” harapnya.
Lebih jauh Azhar yang mewakili warga Desa baka jaya berkeluh, penyaluran air oleh PDAM makin tidak jelas, padahal untuk perbaikan dan pembangunan Instalasi Pengolahan Air, pengadaan meteran air, pengadaan bahan kimia untuk penjernihan air, administrasi dan lainya, oleh pemerintah sendiri telah menganggarkan uang sebesar 7,5 milyar, akan tetapi hasil dari pada itu tidak ada sama sekali, justru malah berdampak buruk bagi warga, “ini sudah jelas bobroknya pelayanan yang dilakukan oleh PDAM, padahal anggaran untuk perbaikan maupun pembangunan Instalasi Pengolahan air, dan lain sebagainya itu sudah di lakukan, tapi kok pelayananya malah seperti ini, di Desa kami air tidak ada, di Desa maupun Kelurahan lain meskipun ada tapi air keruh yang didapat, kami mohon pada pemerintah agar bisa melirik dan sesegera mungkin dilakukan penyaluran air di Desa kami, kalau ini tidak segera diatasi maka akan berdampak buruk bagi kehidupan warga” harapnya. *purnawansyah*
0 komentar:
Posting Komentar