Ncuhi Riwo Dompu - Nasib malang dialami dua bocah di Dusun Serakapi Desa Saneo Kecamatan Woja Dompu, dengan kondisi tubuh yang kurus kerempeng dan perut membucit serta berat badan yang tidak ideal mengharuskan mereka tetap berada pada gendongan sang ibu, bagaimana tidak tubuh kedua anak yang menderita Gizi buruk ini sangatlah tidak bisa untuk duduk sendiri.
Sahrir 3 tahun serta Nuratun 7 bulan, kedua bocah tersebut sudah lama menderita penyakit tersebut, lantara kemiskinan yang dialami sehingga pola makan sehat tak mampu mereka lakukan, orang tua kedua penderita Gizi Buruk (marasmus) tersebut hanyalah buruh tani yang tiap harinya bekerja dari tempat yang satu ke tempat yang lain, tempat dimana mereka bisa mendapatkan upah demi keberlangsungan hidupnya.
Nuratun putri pasangan suami Istri Kibitiah dan Anwar, sudah menderita gizi buruk sejak 5 bulan terakhir, selama ini Kibitiah hanya mampu memberikan makan apa adanya pada si buah hati, karena untuk mendapatkan makanan yang sehat buat sang anak mereka tidak mampu, “selama ini hanya beri asi saja, ya kalau ada uang saya beli bubur untuk anak“ jelas Kibitiah pada kampung media.
Berat badan Nuratun sangat tidak seimbang dengan usia bayi seusianya, bayangkan saja di usianya yang sudah tujuh bulan hanya memiliki berat badan 3,8 ons. Sewaktu dilahirkan Nuratun lahir dalam keadaan normal dengan berat badan 3,5 kg, “waktu lahir berat badan anak saya itu 3,5 kilo, trus anak saya mulai sakit sejak umur dua bulan, batuk – batuk, demam, trus sesak napas, sampai sekarang ini“ ujar Ibu satu anak ini.
Berbagai upaya telah dilakukan oleh Kibitiah beserta suaminya namun lagi – lagi karena kendala biaya, usaha mereka untuk menyembuhkan anak pertama hasil pernikahanya satu tahun silam tersebut kandas, selama ini anaknya hanya mapu diobati di puskesmas terdekat, “selama ini hanya memeriksa ke puskesmas saja, dan dipuskesmas menganjurkan untuk di rujuk kerumah sakit, tapi kami tidak punya biaya“ keluhnya seraya menambahkan jika mereka pernah diberikan bantuan oleh pihak puskesmas berupa bubur untuk sang buah hatinya.
Sementara itu yang sangat memprihatinkan lagi yakni kondisi Sahrir, selain mengalami gizi buruk Sahrir (3 tahun) juga menderita kelainan pada tubuhnya dengan kondisi Kepala yang membesar serta tulang dadanya yang membekak, kondisi tersebut telah lama dirasakan oleh Sahrir. Berat badan Sahrir sangat tidak sesuai dengan berat badan anak di usianya, sahrir dengan umurnya seperti itu hanya memiliki berat badan 5 kg saja.
Hal yang membuat hati terenyuuh bagi yang melihatnya saat para rombongan wartawan serta Dinas Kesehatan meninjau sahrir, ternyata Sahrir tengah dibawa oleh neneknya ke ladang. Pihak Dikes yang sudah ingin melihat sang anak berkat informasi dari para kuli tinta itu langsung menyusul ke tempat dimana neneknya berladang, alangkah ironisnya, sang anak tersebut berada di tengah – tengah ladang di dalam sebuah gubuk reot, hal itu terpaksa dilakukan oleh sang nenek karena dirumah tidak ada yang menjaga si anak, karena ibunya pun harus bekerja jadi buruh tani untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, sementara ayahnya sudah lama meninggalkan Sahrir bersama ibunya, “saya terpaksa membawa cucu saya kesini pak, karena ibunya sudah pergi kerja jadi buruh tani, dirumah tidak ada yang jagain, kalau bapaknya sudah pergi lari sejak anaknya masih bayi“ ungkap Ramlah, sang nenek yang sudah tiga tahun setia menemani cucunya.
Hal yang sama juga dikatakan Ramlah, ketidak mampuan dalam biaya untuk pengobatan menjadi kendala yang cukup parah dalam usaha untuk penyembuhan Sahrir, bahkan sahrir sendiri sangat jarang diperiksakan ke Puskesmas apa lagi rumah sakit Umum itu tidak pernah dilakukan. Sementara kondisi Sahrir hingga saat ini masih mengalami batuk – batuk dan sesak napas yang cukup parah, “bagaimana mau kerumah sakit kita gak punya biaya, untuk makan sehari – hari ini sudah sangat sulit, sampai ibunya saja harus bekerja tiap hari untuk kebutuhan hidup“ ujar Ramlah dengan sedih.
Untuk kesembuhan sang cucu Ramlah sangat berharap bantuan dari pemerintah setempat untuk perawatan Sahrir, karena mengingat kondisi sahrir yang sudah sangat mengkhawatirkan, “kami tidak punya biaya untuk mengobati di rumah sakit, kami orang miskin yang tidak punya biaya, tolong bantu kami“ harap Ramlah.
Terhadap kondisi kedua anak tersebut pihak Dinas Kesehatan yang langsung menjenguk pasien dirumahnya masing - masing pada Jum’at (05/03) lalu, berinisiatif untuk langsung membawa kedua anak itu ke Rumah Sakit Umum Dompu guna mendapat perawatan Intensif, “hari ini juga anak – anak harus kami dibawa ke rumah sakit, mengingat kondisi kedua anak ini sangat memprihatinkan” kata Anwar sekretaris Dikes kabupaten Dompu.
Untuk biaya perawatan kedua bocah tersebut pihak Dikes akan berupaya semaksimal mungkin, meskipun Dikes sendiri dalam hal ini hanya akan membantu dalam hal uang tunggu yakni 15 ribu perhari untuk satu orang saja, mengingat anggaran untuk penanganan pasien Gizi buruk yang belum ada, “untuk perawatan di RSUD semua gratis, kami juga akan memberikan uang tunggu sebesar 15 ribu per hari untuk satu orang, meski saat ini belum ada anggarannya tapi kami akan berusaha semaksimal mungkin” jelas Anwar. Uang tunggu itu sendiri merupakan anggara Dana Alokasi Umum (DAU).
Anwar mengaku sebelumnya pihak Dikes melalui Puskesmas setempat telah memberikan pelayanan terhadap kedua anak tersebut, namun pihak keluarga yang disarankan untuk berobat kerumah sakit tidak ada yang mau dengan alas an tidak memiliki biaya, “sebelumnya terhadap kedua anak ini, kami sudah memberikan pelayanan sesuai protap yang ada” katanya, sembari mempertegas kembali bahwa pihaknya akan membawa kedua anak itu ke RSUD, ”kedua pasien ini akan kami bawa ke RSUD untuk mendapat perawatan medis, mau ndak mau orang tuanya akan kami berikan pemahaman agar supaya anaknya mau dirawat” tegas Anwar. *Purnawansyah*
0 komentar:
Posting Komentar