Aksi unjuk rasa para Para anggota Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) pada hari senin Tanggal 25 Januari 2010 kemarin di Depan Gedung DPRD Kab. Dompu sempat berlangsung ricuh dan menyebabkan salah satu pengunjuk rasa jatuh pingsan dan harus dilarikan ke Rumah Sakit, hal ini disebabkan karena keinginan mereka untuk menemui anggota Legislatif tersebut tidak dapat dipenuhi dan terjadi aksi pukul memukul dengan aparat keamanan yang berjaga-jaga didepan pintu gerbang Kantor DPRD karena mereka memaksa masuk dan mendobrak pintu gerbang tersebut.
Aksi mereka ini sebelumnya dimulai dengan dari Depan masjid Raya Dompu menuju DPRD, namun sebelumnya mereka sempat berorasi selama 15 menit di depan Kantor Dinas Dikpora Kab.Dompu baru selanjutnya mereka menuju gedung Legislatif.
Dalam orasinya, aksi yang dipimpin oleh Ketua PMII Cabang Dompu (Egar Syaiful) ini menuntut Pemerintah Kabupaten Dompu memberikan perhatian yang sama antara mahasiswa Dompu yang kuliah di luar daerah dengan yang di dalam daerah, karena mereka menilai selama ini Pemerintah Kab.Dompu membeda-bedakannya.dan mahasiswa yang kuliah dalam daerah merasa tidak diperhatikan hal ini ditunjukan dengan adanya atau tersedianya fasilitas/ asrama untuk mahasiswa Dompu yang kuliah diluar daerah.
Namun setelah ada insiden kecil tersebut, salah seorang anggota Dewan sekaligus Ketua Badan Legislatif Komisi III akhirnya menemui para pengunjuk rasa dan memberikan pernyataan kesiapan untuk meneruskan apa yang diaspirasikan tersebut ke pimpinan Dewan.
Sesekali pandanglah langit di malam hari. Kalau tidak mendung, kita bisa melihat betapa indahnya kelap-kelip bintang menghiasi langit. Ada yang terlihat terang ada yang terlihat meredup. Ada yang terlihat berwarna jingga, ada yang terlihat berwarna biru, ada yang terlihat putih. Semuanya membuat indah walaupun kita sedang di dalam suasana kegelapan malam.
Tahukah Anda bahwa sebetulnya cahaya bintang-bintang yang kita lihat saat ini bukan merupakan cahaya yang sebenarnya pada saat ini dipancarkan dari bintang-bintang itu. Bintang-bintang itu sama seperti matahari kita, juga memancarkan cahaya ke bumi. Cahaya itu sampai ke penglihatan kita setelah menempuh waktu yang amat sangat lama. Cahaya itu menempuh jarak dalam satuan tahun cahaya (light year). Kalau biasanya kita menghitung jarak dengan meter, inci, dan lainnya, astronom menggunakan satuan tahun cahaya untuk menghitung jarak yang sangat jauh. Satu tahun cahaya adalah jarak yang ditempuh oleh cahaya dalam satu tahun.
Sedikit angka-angka, kecepatan cahaya dalam ruang hampa adalah sekitar 300,000 kilometer per detik. Sehingga dalam satu tahun cahaya berarti mempunyai jarak 9,460,800,000,000 kilometer, hmmm... sungguh jarak yang luar biasa jauh. Ibaratkan seseorang yang menempuh perjalan sejauh itu, tentu akan memakan waktu yang sangat lama. Demikian pula dengan cahaya dari bintang yang jaraknya bisa sampai ratusan tahun cahaya. Misalnya bintang Alkaid mempunyai jarak sekitar 101 tahun cahaya dari bumi. Berarti cahaya yang kita lihat dari bintang Alkaid sekarang merupakan pancaran cahaya dari 101 tahun yang lalu. Jadi kita melihat cahaya dari masa lampau. Subhanallah.
Selain itu, sebagaimana matahari yang suatu saat nanti tidak lagi beraktivitas, semua bintang mempunyai umur hidup yang menentukan pancaran cahaya yang diberikannya. Beberapa bintang sebetulnya bintang itu sudah tidak ada... sudah mati... sudah tidak beraktivitas lagi, tetapi saat ini kita masih bisa melihat pancaran cahayanya. Subhanallah.
Kita diberi Allah suatu keajaiban. Di satu sisi, kita diberi alam semesta yang amat sangat luas, sehingga perlu memakan waktu yang sangat lama untuk mengeksplorasinya. Di sisi lain, kita diberi kemampuan untuk melihat masa lampau dari alam semesta ini, melalui cahaya bintang tadi. Melalui cahaya bintang itu, kita bisa mengukur seberapa jauh bumi kita ini dengan bintang lain. Melalui cahaya bintang itu, kita bisa menggunakannya untuk menghitung berapa lama lagi matahari akan meredup dan menjadi mati.
Sama halnya dengan bintang, manusia pun diberi waktu hidup. Nabi Muhammad pernah berkata, bahwa kita ini mempunyai umur sekitar 60-70 tahun. Dalam kurun waktu itu, kalau boleh diandaikan dengan bintang, merupakan waktu dimana kita memancarkan cahaya. Waktu dimana kita bisa memberikan yang terbaik untuk kemaslahatan umat dan mencari ridho Allah. Setelah kita wafat nanti, seperti bintang di langit, kita akan meredup dan tidak beraktivitas lagi.
Seperti bintang, 'cahaya' dari diri ini masih bisa terus hidup. Cahaya dalam diri ini masih bisa hidup jika amalan yang kita kerjakan bermanfaat bagi umat. Amalan yang baik dan digunakan terus menerus oleh umat akan selalu membuat diri kita yang sudah wafat tadi masih terus dikenang. Lihatlah nama-nama Newton, Einstein, Galileo dan tidak ketinggalan ilmuwan dan tokoh muslim seperti Imam Bukhari, Al-Khawarizmi, Ibnu Sina, dan masih banyak lagi yang lain. Mereka tetap dikenang, karena 'cahaya' dari mereka yaitu amal perbuatan mereka berguna bagi umat ini.
Apa saja yang sudah kita lakukan? Cukupkah dalam umur begitu pendek, kita mengisinya dengan amalan yang baik? Cukupkah amal yang kita kerjakan membuat 'cahaya' yang kita berikan bertahan? Tinggal bagaimana kita menggunakan waktu kita untuk berbuat baik, sehingga 'cahaya' dari diri kita ini dapat terus menerus menerangi kehidupan orang lain sampai saat ini, walaupun kita sudah wafat.
Pulau satonda merupakan salah satu Taman Wisata Alam (TWA) yang ada di kabupaten Dompu yaitu di Desa Calabai Kecamatan Pekat Kabupaten Dompu.Pulau Satonda dikenal juga dengan nama Gunung Satonda, memiliki ketinggian 289 Km/dpl (diatas permukaan laut) dengan luas wilayah seluas 4,8 Km.
Gunung ini memiliki kawah danau air asin dengan diameter 0,8 Km yang letaknya di tengah-tengah pulau. Sejarahnya, diperkirakan air laut memasuki danau yang semula kaldera gunung Satonda sekitar tahun 2000 sebelum masehi. Masuknya air laut ke sana sewaktu meletusnya gunung Tambora tahun 1815 dilihat dari bagian-bagian yang runtuh pada bagian selatan bibir yang mengitari danau itu. Diperkirakan tinggi air laut yang menerjang dinding selatan Satonda itu sekitar 10 meter. Kedalaman danaunya bervariasi antara 15-69 meter. Airnya bening. Keasinannya pun berbeda. Pada permukaan hingga 22,8 meter kadar asin 90 persen dibanding air laut. Sedangkan di kedalaman 50 meter ke bawah melebih air laut yaitu 108-117 persen. Kalau di laut bisa ditemui ikan terbang, lumba-lumba. Sedangkan di daratannya, bisa dijumpai menjangan (rusa). Di sana terdapat pohon Kalibuda yang getahnya beracun bisa membutakan mata, dipercaya sebagai pohon keramat. Pada ranting-rantingnya bergantungan ”batu cita-cita”. Yaitu batu yang diikat tali digantungkan pada rantingnya yang dipercayai sebagai tempat menyalurkan keinginan. Di sebelahnya ada makam keramat seseorang yang dipercayai mengalami mukso (raganya menghilang). Pulau Satonda merupakan tempat yang paling sempurna untuk berenang dan menyelam sembari menikmati air danau yang tenang dan pemandangan bawah air yang luar biasa seperti menikmati terumbu karang dan fauna air yang lain. Untuk dapat mencapai Pulau Satonda anda dapat melalui jalan darat dengan lama perjalanan dari pusat kota Dompu yaitu kira-kira ± 5 jam perjalanan darat setelah itu dilanjutkan kembali dengan perjalan laut dengan perahu tradisional dengan jarak tempuh ± 30 menit, dan ditempuh melalui penyebrangan dari Desa Calabai Kec. Pekat atau Desa Nanga Miro Kecamatan Pekat. Pesona alam pulau satonda kabupaten Dompu makin menambah keelokan panorama alam Indonesia khususnya kabupaten dompu. Kita semua wajib mengenali dan melestarikannya. Alam Indonesia menjadi obyek penelitian yang sangat menarik oleh para ilmuwan. Pulau Satonda Kabupaten Dompu sepertinya bagaikan mata air yang terus mengalirkan misteri dan selalu mengundang ilmuwan untuk meneliti pulau yang masih banyak menyimpan misteri ini.
Komunitas Kampung Media Digital Kelurahan Montabaru Dompu, ada beberapa orang yang terlibat di dalamnya, antara lain :
1. Mone Eka
2. Nur Rahmaniar
3. Haryanto
4. Fitrianingsih
5. Purnawansyah
6. Noval Palandi, dll.