Minggu, 18 April 2010

Pencerdasan Politik*

Politik, Berbicara tentang politik, hari ini sudah bukan hanya menjadi konsumsi para elit politik saja, atau para pejabat tinggi yang bersentuhan langsung dengan para lakon politik saja. Tetapi tema-tema politik sudah merakyat dikalangan masyarakat Dompu.

Pembicaraan politik yang dimaksud adalah pembicaraan tentang fenomena politik kekinian. Fenomena politik yang sekarang mendarah daging dengan masyarakat Dompu di segala strata sosial disebabkan karena semakin hari para praktisi politik menjalankan tuntunan skenario yang mereka peroleh untuk memenangkan salah satu calon yang mereka usung dengan terjun langsung dan melakukan pendekataran intensif kepada orang-orang yang menurut mereka berpeluang untuk memilih dan bergabung menjadi tim sukses.

Pesta demokrasi yang mengejar posisi menjadi orang nomor 1 dan nomor 2 di Kabupaten Dompu ini menjadi berita dan bahan obrolan terhangat yang bisa ditemukan dimana-mana disekitar daerah Dompu, dari kantor Pemerintahan Daerah, Dinas-dinas, Lembaga swasta, tempat bertani, sampai pada tempat-tempat nongkrong masyarakat kecil.

Ini fenomena yang menarik untuk diperhatikan dan dikaji. Klo kita ingat dengan masa orde baru, kita akan mengatakan bahwa ini adalah budaya yang sangat berbeda, dimana ketika itu jangankan masyarakat kecil yang mencari penghidupan lewat bertani, Pegawai Negeri Sipil yang notabene berlatar belakang pendidikan tinggi saja seolah dibunuh karakternya, dan diintimidasi hak-hak politiknya. Fenomena yang berbeda dan positif dibandingkan dengan masa Soeharto inilah yang barangkali bisa kita jadikan sebagai momentum untuk melakukan pencerdesan politik.

Berbicara pencerdasan politik ini akan menyentuh wilayah yang lebih luas dari sekedar berbicara dan membahas fenomena lima tahunan ini. Pencerdasan politik lebih pada bagaimana masyarakat bisa terbuka wawasannya, memahami esensi dari pesta demokrasi ini, dan menggunakan hati nurani dan kecerdasan mereka untuk melihat dan menelaah siapa yang pantas untuk menjadi Pemimpin mereka selama lima tahun kedepan.

Apalagi ketika mencoba membuka kembali catatan-catatan pemilu legislatif kemarin yang kemudian diakhir ceritanya meninggalkan stigma buruk bahwa pesta demokrasi seperti itu (Pemilu Legislatif) akan hanya dimenangkan oleh orang-orang yang berduit, orang-orang yang mampu memuaskan kebutuhan sesaat beberapa kelompok masyarakat, dan calon-calon yang mampu membeli suara rakyat dengan jumlah yang lumayan tinggi saja.

Jika direfleksikan, nurani ini akan bertanya “kemanakah orang-orang yang memiliki mentalitas politik yang maju dan mencalonkan diri menjadi wakil rakyat dengan modal kapasitas dan kapabilitas diri yang lebih baik. Mungkin mereka ada tetapi jumlahnya tidak banyak sehingga suara mereka hilang ditelan oleh model system kita yang memaksa setiap orang yang berpartisipasi dalam pesta ini untuk mengerahkan setiap materi yang dimilikinya demi mencapai tujuan ini.
Nah, melalui pengalaman yang dialami masyarakat dan kejadian-kejadian yang pernah dilihat dan dihukumi sebagai salah satu hal yang tidak mencerdaskan masyarakat dalam konteks politik seharusny menjadi hal yang dipegang teguh oleh masyarakat. Dan melalui PEMILUKADA ini masyarakat menjadikannya sebagai momentum untuk melakukan pencerdasan politik.

Pencerdasan politik bisa dilakukan oleh siapapun yang merasa diri peka terhadap kondisi masyarakat saat ini. Bagaimana kemudian momen-momen seperti ini dijadikan sebagai kesempatan mereka untuk bisa cerdas melihat siapa calon pemimpin bagi mereka. Selain itu masyarakat bisa meningkatkan wawasannya dalam berbagai hal terutama wawasan tentang politik, kemudian memahami esensi dari pesta demokrasi ini dengan menghadiri sosialisasi yang biasanya dilakukan oleh pemerintah atau lembaga terkait sehingga pemahaman masyarakat akan terasah dan lambat laun akan memahami esensi PEMILUKADA serta mereka akan mengambil bagian yang bisa diperankan oleh mereka sesuai dengan kemampuannya, dan sehingga partisipasinya akan bisa dirasakan oleh mereka dan sebagai konsekwensi logis adalah keterlibatan hati nurani dan kecerdasan mereka dalam melihat dan menelaah siapa yang pantas menjadi Bupati dan Wakil Bupati selama lima tahun kedepan yang tentunya akan memperjuang dan mengadvokasi hak-hak rakyat serta membawa Kabupaten Dompu menjadi lebih baik.

*Noval Palandi

0 komentar:

Posting Komentar

 
Free Web Hosting | Top Web Host